Agustus 2012 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Minggu, 26 Agustus 2012

SILATURAHMI KEL BANI ILYAS DI LEBARAN 1433 H
Agustus 26, 20120 Comments
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh...

Dari sekian banyak silaturahim yang saya ikuti sepanjang lebaran 1433 H, tentunya ada banyak cerita yang bergulir.  Ada tawa, canda, tangis haru dan tentu saja makan enak, hahaha...

Puncak silaturahim lebaran tahun ini adalah hari Minggu, tanggal 26 Agustus 2012 di kediaman keluarga Budi, seorang sepupu, putra ketiga almarhumah bulik Asiyah.dan almarhum om Dady, di daerah Penggaron, Semarang.  Senangnya lagi, acara ini berbarengan dengan tasyakuran khitan ananda Chandra, putra tunggal Budi.

Sejatinya, silaturahmi ini diadakan setiap tiga bulan sekali dan tempatnya bergilir di rumah sepupu yang tersebar di wilayah kota Semarang.  Khusus sepupu yang berada di luar kota, seperti mbak Sri dan mas Eko di Surabaya, Fitri di Klaten, Widi dan Indra di wilayah Jabodetabek, Devi di Tegal, mas Herman di Medan, serta Ganis dan mas Agus di Tulungagung dibebaskan tidak wajib mengikuti acara kumpul bareng ini.   Meski tentunya, ketika mereka ada di kota Semarang pas barengan acara ini terjadwal, tentulah wajib datang.  Tapi, mbak Nip yang tinggal di Salatiga, cukup aktif datang di acara silaturahim keluarga ini.

Awal diadakannya acara silaturahmi keluarga besar Bani Ilyas, tentulah agar jangan sampai terjadi keluarga yang kepaten obor.  Tahu kan artinya?!  Maksudnya, ketika sesepuh sudah meninggal, anak keturunannya tidak kenal dan tak pernah menjalin silaturahmi.  Wihhhh...di mana enaknya hidup di dunia ini tanpa jalinan kerabat dengan keluarga besar?! 

Silaturahmi itu sangat besar manfaatnya.  Bisa memperpanjang umur, karena ketika bertemu kan kita saling mendoakan.  contohnya adalah dengan mengucap salam seperti yang dianjurkan Rasulullah. Karena saat mengucap salam dan pasti deh dijawab oleh orang yang kita beri salam, mereka saling mendoakan.  Bukankah arti Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh adalah:
"Semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkahNya juga kepadamu".

Manfaat yang lain adalah, menambah teman.  Dari seorang kerabat bisa saja kita berkenalan dengan temannya yang kemungkinan akan menjadi sahabat baru.  Dan ujung-ujungnya, bersilaturahmi ini bakal menambah rezeki, seperti pekerjaan, jodoh atau anak, hihihi... :)
Gimana ceritanya bisa dapat anak?  Yaah...bisa saja kan ada yang nitip anak untuk kita rawat karena orang tuanya yang berniat begitu, hehe... just joke!

Keluarga Bani Ilyas tentunya dinakhkodai oleh simbah kakung Ilyas.  Dan dibantu oleh simbah putri Suripah.  Dari beliau berdua yang sudah almarhum, telah diamanahi 8 orang anak.  Anak pertama bude Solekah.  Kemudian berturut-turut bude Sopiah, bapak Solikhin, bulik Aliyah (meninggal saat kecil), Bulik Salamah - Tulungangung, bulik Asiyah, bulik Alfiah dan om Slamet.

Bude Solekah dikaruniai 6 putra putri.  Bude Sopiah dengan 2 putra dan 4 putri.  Bapak dikaruniai tiga putri, satu putra.  Bulik Salamah memiliki satu putra dan 4 putri.  Bulik Asiyah 4 putra putri, bulik Alfiah dengan 3 putra 2 putri dan om Slamet dengan 2 putra putri.  Dari 32 cucu simbah Ilyas ini telah beranak pinak.  Dan jumlah keseluruhan anak cucu dan buyut sekitar 83, hihi...mungkin ada yang belum tercatat (pe-er nih untuk sekretarisnya, mbak Ambar).


Jumlah ini relatif nggak banyak.  Bila dibanding dengan keluarga suami dari pihak ibu yang asli Boyolali.  Keluarga simbah Muchyi ini tersebar di penjuru tanah air juga.  Kebanyakan tinggal di Boyolali, sebagian lagi di Jabodetabek, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Yogya, Solo, mana lagi ya? Hihi...terus terang aku sebagai keluarga pendatang (panggil : mantu), kurang begitu hapal.  Gimana mau hapal, ketemunya kan jarang, kecuali pas hari pertama lebaran atau saat ada yang menikah, lahiran bayi, meninggal dan hari penting lainnya.  Jumlah keseluruhan ada 150 lebih kayaknya.  Yang sepupu dan ipar sih hapal ya, tapi cucu dan cicitnya, hadeuh....nyerah deh.  Apalagi wajah masing-masing cucu ini hampir mirip.






Tapi, dibanding keluarga besar dari ibu saya, tetap saja keluarga bapak masih lebih banyak jumlah keturunannya.  Dan, agar keluarga ini tidak sampai tercerai-berai, dikumpulkan dalam wadah Silaturahim Keluarga Bani Ilyas yang diprakarsai awalnya pada bulan Juni 1998.  Waahhh, lumayan lama juga ya usia perkumpulan ini.  Sudah 14 tahun usianya, ga nyangka bisa tetap berlangsung hingga sekarang.  Meski ada juga sih rentang pertemuan yang tidak dilaksanakan 3 bulan sekali karena alasan waktu yang kadang tak bisa berkompromi. 

Seperti pertemuan yang pas moment lebaran kali ini.  Ada banyak dari keluarga sepupu yang tak bisa menghadiri karena berbarengan dengan acara di tempat lain.  Seperti adikku yang tak bisa hadir, juga beberapa famili dari luar kota karena sudah balik ke kota kediaman masing-masing.  Bahkan, suami pun tak bisa hadir karena barengan dengan acara pernikahan keponakan yang bertempat tinggal di Wonosegoro, Boyolali.  Jadi, kami berbagi tugas.  Aku dan si sulung datang ke acara silaturahmi keluarga, suami dan si bungsu di acara pernikahan.  Yo wisss.... ini namanya keadilan yang beradab, betuuullll?!

Ah, pertemuan keluarga ini pernah beberapa kali diadakan di luar kota.  Sayang sekali dokumentasi acara tidak diorganisir, jadi cerita indahnya tak bisa dibagikan di sini.  Tapi....awal tahun 2013, Insya Allah akan diadakan lagi di kota Salatiga.  Rencananya sih, silaturahmi plus out-bound di kaki gunung Merbabu, hehe.... Mudah-mudahan bisa terselenggara dan berbagi kisah di blog ini.  Sampai jumpa.... :)

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh :)
Reading Time:

Jumat, 24 Agustus 2012

PERCANTIK DIRIMU DENGAN KOSMETIK YANG HALAL
Agustus 24, 2012 8 Comments
Assalamu'alaikum,

Tulisan ini saya ikut sertakan dalam lomba BLOG untuk mensosialisasikan Halal Is My Life.  Tentunya tujuan lomba ini agar banyak wanita muslim khususnya dan wanita umumnya, mengetahui produk kosmetik  halal pasti akan berpengaruh tidak saja pada kecantikan fisik, namun juga kecantikan jiwa.

Sebagian besar penduduk di muka bumi ini, memiliki nilai yang absolut terhadap kriteria wanita cantik.  Dan, kriteria wanita cantik menurut penduduk bumi adalah berkulit putih, hidung mancung, mata berbinar dan bibir yang ranum serta pipi merona.

Namun, sejak tahun 2012 ini, kriteria cantik berubah drastis ketika  Miss Universe 2011 telah memunculkan kandidat baru.  Leila Lopes, gadis Angola yang berkulit hitam manis, mematahkan idiom lama.  Meski kemenangannya sempat mengundang decak iri dari beberapa kontestan miss universe  yang kalah, tetap saja prestasi gadis berusia 23 tahun saat pemilihan berlangsung itu patut diacungi jempol.  Kriteria cantik telah melesat jauh.  Tak lagi mesti berkulit putih. Tapi, ia harus berwawasan luas, cerdas dan memiliki hati yang tulus. 

Saya jadi ingat dengan teman sekelas saat masih menjadi pelajar SMP.  Teman yang memiliki kulit sawo matang, khas kulit wanita Indonesia umumnya ini ingin sekali memutihkan kulit wajahnya.  Saat itu ada produk kecantikan yang sangat dikenal secara luas mampu memutihkan kulit.  Setiap pagi, teman saya ini selalu mengenakannya dengan ditutup bedak tabur.  Saat itu saya masih awam sekali dengan riasan wajah.  Pakai bedak saja mesti disuruh oleh kakak sepupu yang kebetulan tinggal berdekatan dengan rumah kami.  Nah, saya selalu menahan senyum bila bertemu teman yang memakai krem pemutih wajah.  Bagaimana mungkin saya tidak menahan senyum, wajahnya seperti memakai topeng.   Beranjak siang, suasana panas kota Semarang,akan mengubah tampilan teman saya lebih parah.  Bedak bercampur keringat menimbulkan efek yang jelek sekali.  Aduuuh, saya jadi kasihan melihat penampilannya.  Tapi saya sendiri sangat awam dalam hal perawatan wajah.  Akhirnya, saya hanya berbisik dalam hati, agar kelak ketika saya tertarik untuk mulai berhias, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.

Kodrat wanita itu berhias agar bisa tampil lebih cantik.  Biasanya karena kebutuhan pribadi atau atas desakan pihak lain.  Bisa karena pekerjaan yang mengharuskan kita tampil cantik, atau karena suami.  Ya, bukankah berhias untuk suami bertujuan menyenangkan hatinya?  Dan, bila suami senang atau bahkan puas dengan penampilan kita, tentu lah pahala yang akan kita terima sebagai istri.

Saya berkeyakinan, mempercantik diri itu suatu hal yang lumrah bagi seorang perempuan.  Tentunya mempercantik di sini tidak harus berlebihan seperti akan menari di atas panggung.  Dulu saya beranggapan, berhias itu sebatas memakai bedak dan menyisir rambut.  Namun seiring dengan bertambahnya usia, juga berpengaruh dengan pola berpikir saya sebagai perempuan dewasa. Mau tak mau,  saya ikut terseret arus ketika mulai bekerja.  Saya mulai mengenal krim pencerah wajah beserta teman-temannya.  Seperti eye shadow, perona pipi hingga lipstick.  Saya termasuk pilih-pilih untuk kosmetik wajah.  Meski berkulit sawo matang, saya tidak ingin ikut larut dalam euforia perempuan untuk memakai pencerah kulit.  Terus terang, pengalaman teman SMP dulu masih membekas dalam ingatan.  Wajahnya menjadi putih, tapi seperti kontras sekali dengan kulit di leher dan lengannya yang tetap saja sawo matang.  Hahaha... saya tidak ingin seperti itu.

Alhamdulillah, saya bertemu dengan kenalan yang merekomendasikan kosmetik aman dan halal untuk digunakan bagi kulit wanita Asia.  Ceritanya, saat itu saya bersilaturahim usai kepulangannya dari tanah suci.  Dia banyak bercerita selama berada di tanah suci tetap membawa produk perawatan kulit  sebagai pelindung wajah dari debu dan panas matahari.
"Jerawat saya tak pernah muncul.  Padahal biasanya, kena kotoran sedikit, langsung deh, jerawat bermunculan,"ucapnya sambil menunjukkan krim perawatan wajah yang dipakainya.
Krim ini telah memiliki sertifikat halal dari MUI.
Saya berpikir, kok malah kayak promosi sih?  Tapi, tetap saja saya tertarik ingin membeli produk perawatan seperti yang dipakai kenalan saya ini.

Saat itu saya masih memakai produk perawatan kulit dari seorang dokter.  Tahu sendiri kan, kalau memakai krim dari dokter, kulit memang halus.  Tapi, begitu berhenti memakainya, langsung deh jerawat bermunculan menghias muka.  Huff, itulah kenapa saya suka malas memakai krim dari dokter.  Terus terang, saya tidak ingin jadi merasa ketergantungan pada krim yang sama untuk waktu yang lama.

Rasa penasaran membuat saya mencari tahu di google.  Wow...rupanya rekomendasi kenalan saya tadi memang tidak hanya isapan jempol.  Sejak tahun 1995, Wardah telah menginspirasi wanita di indonesia ini untuk merawat kecantikan lahiriah tanpa menanggalkan kecantikan jiwa. Menjadi wanita cantik itu mudah.  Namun, mencintai diri kita hingga merasa cantik dan bisa menjadi inspirasi bagi orang di sekitar kita membutuhkan hati yang tulus.

Sebagai wanita muslim, mata saya jadi terbuka sejak membaca artikel tentang kosmetik yang halal.  Bayangkan saja, hampir 79% kosmetik yang kita pergunakan setiap hari tidak jelas kehalalannya. Bagaimana mungkin ibadah shalat kita diterima, bila krim pelembab dan bedak yang setiap hari kita pakai tidak bisa dijamin kehalalannya? Apalagi, tahun 2014 nanti saya bersama suami, akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci.  Tentunya, saya ingin menggunakan produk kosmetik yang halal untuk menjaga kelembaban kulit wajah dari terpaan debu dan panas matahari. Wah, saya kan tidak ingin ibadah yang sudah sangat kami nantikan selama empat tahun ini menjadi gugur syarat wajibnya, gara-gara memakai kosmetik berbahan baku yang haram!

Nah, sebelum membeli, kita mesti teliti zat apa saja yang diharamkan dan terkandung dalam kosmetik.  Di antaranya:
1. Kolagen
   Sering digunakan oleh produsen kosmetik karena bersifat melembabkan dan tidak larut air.
   Bahan ini biasanya berasal dari babi atau sapi.  Namun bagi produsen kosmetika, biasanya
   memilih bahan yang berasal dari babi karena alasan ekonomis dan memiliki jaringan sel yang
   mirip tubuh manusia.
2. Plasenta
   Lebih dikenal sebagai ari-ari. Penggunaan plasenta dalam kosmetik bermanfaat dalam
   mencegah penuaan dan mempertahankan tekstur kekenyalan dan kekencangan kulit.
   Tapi, bahan ini terutama berasal dari jaringan manusia sendiri.  Hiii, jelas sekali kan kalau
   bahan ini sangat diharamkan untuk dipergunakan.
3. Gliserin
   merupakan turunan lemak yang sudah digunakan luas pada hampir semua produsen kosmetik.    
   Penggunaannya terutama pada produk sabun, body lotion dan pelembab.

Wanita muslim sebagai konsumen tentulah mengalami kesulitan membaca komposisi bahan yang dicantumkan produsen di kemasan produk kosmetik.  Cara yang paling aman dan mudah, tentunya harus memilih produk kosmetik yang secara jelas telah mencantumkan label HALAL  dari LPPOM  MUI, seperti berikut ini:
halal mui

Wardah sebagai produsen kosmetik pertama yang memperoleh sertifikat Halal patut menjadi pilihan utama bagi wanita muslim.  Sertifikat Halal suatu produk dikeluarkan setelah melalui proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI dan diputuskan dalam sidang Komisi Fatwa MUI.  Sertifikat ini hanya berlalu 2 tahun. Jadi pihak produsen harus memperpanjang masa berlaku sertifikat Halal sesuai dengan prosedur perpanjangan sertifikat yang berlaku.

Memakai kosmetik Halal itu memberikan jaminan ketentraman si pemakai.  Kita tidak lagi dipusingkan dengan pertanyaan, halal ataukah haram produk kosmetik yang menjadi teman berkegiatan sepanjang hari.  Nah, sekarang tak ada pilihan lain selain memakai produk kosmetik Wardah seperti saya!

                              
Wassalamu'alaikum.

Sumber data :
1. www.wardahbeauty.com
2. www.halalmui.org
3. Formmit.org/Kosmetik-halal

Reading Time:

Senin, 13 Agustus 2012

PESANTREN RAMADHAN 1433 H
Agustus 13, 20120 Comments
Menjalani puasa pada bulan Ramadhan, berikut kegiatan seperti buka bersama sambil mendengarkan tausiyah dari ustadz atau ustadzah sangat mengasyikkan.  Di samping kita akan memperoleh pencerahan tentang ilmu agama, tentunya juga bisa mempererat jalinan silaturahim di antara sesama umat muslim.

Bagi Naufal, si bungsu yang baru saja menjadi siswa baru di SMP IT PAPB, aktif di kegiatan ramadhan juga sesuatu yang baru dan menarik minatnya.  Setiap tahun, sekolah yang berbasis islami ini mengadakan kegiatan pesantren ramadhan.  Kegiatannya dibagi dalam dua session.  Pesantren untuk siswa putri diadakan pada tanggal 8 - 11 Agustus 2012, sedang untuk putra dimulai 11 - 14 Agustus 2012.  Sebuah acara yang dilakukan di lingkup sekolah selama 4 hari 3 malam.  Waaahhh....Naufal sangat excited menyambutnya.

Naufal banyak bertanya pada sang kakak, Milzam yang sekarang sudah menginjak tahun ketiga di SMK negeri 7 Semarang.  Dahulu, Milzam pun pernah mengikuti kegiatan pesantran ramadhan ini selama tiga kali saat bersekolah di SMP IT PAPB.  

"Kamu tuh harus ikut semua kegiatannya.  Nggak boleh pulang lebih dulu, trus biasanya bikin kartu lebaran, menghias kelas, dan banyak juga lomba untuk mengisi acara," cerita sang kakak.
"Nggak ada ceramah?"
"Ada lah...namanya juga pesantren, pasti ada juga tausiyah dan tanya jawab seputar islam,"
"Ehmm...soal bikin kartu lebaran tadi, kita bikin bareng atau sendiri, mas?"
"Bareng-bareng, tapi kalo bisa sendiri ya udah, bikin aja sendiri.  Ntar kalo udah selesai, bantuin temen yang belum beres..."

Oya, soal bikin ketrampilan ini, aku punya cerita sendiri.
Lima hari sebelum kegiatan pesantren, pihak sekolah sudah memberikan 'list' FAQ.  Ada juga keterangan barang-barang yang mesti dipersiapkan dari rumah oleh peserta.  Alhamdulillah, sejak tinggal di perumnas Tlogosari, kami tak kesulitan mencari semua kebutuhan untuk kegiatan pesantren.  Nggak cuma makanan sebagai bekal selama kegiatan.  Tapi, mencari bahan-bahan untuk ketrampilan pun komplit tersedia di sini.  Karena itulah, kami sudah merencanakan dua hari sebelum acara baru akan membelinya.

Namanya juga rencana, pas hari H, yang mendapat tugas menemani Naufal membeli bahan yang diperlukan, tidak bisa.  Ya, si babe seharusnya libur pada hari yang dijanjikan.  Namun, urusan proyek mendadak datang tak diundang.  Jadi, akhirnya, sehari menjelang kegiatan, barulah Naufal bisa membeli bahan-bahan tersebut.  Tentunya, aku lah yang kebagian tugas menemani si bungsu.  Sore menjelang berbuka, kami menuju toko tersebut.  Waduhhh...toko tutup.  Si pemilik toko menempel kertas berisi jadwal buka toko.  Maklum deh, si pemilik kan ingin menjalankan ibadah puasa tanpa gangguan urusan kerja.  Jadi mulai pukul 20.00 toko baru buka kembali.

Usai terawih, barulah kami kembali ke toko ini.  Banyak sekali bahan yang perlu dibeli.  Ada kertas daur ulang dengan 2 pilihan warna, kertas buffalo, kertas lipat, kertas kado dengan pilihan motif yang unik atau lucu, kertas karton bertekstur, kertas scrapbook, pita kecil warna-warni, pasta warna dan kertas koro warna warni.  Wiiihhhh...banyak banget yang dibeli.  Belum lagi peralatan seperti spidol, pensil warna, gunting, cutter, penggaris, pensil, lem uhu, pelubang kertas yang kebetulan aja udah kami miliki.  Memang tidak diwajibkan membawa semua yang ditulis di daftar.  Yang penting, sebagian besar tetep aja mesti dibawa.

Nah...tiba lah pada hari H.  Sejak pagi Naufal udah nge-game.  Kegiatan yang sangat menyita waktunya, dan bikin si emak sering manyun.  Terutama pas liburan sekolah seperti ini.  Ya, menunggu jatah masuk pesantren, ia selalu manteng di depan layar kompie.  Begitu juga pas tanggal 11 Agustus 2012.  Jadwal berangkat jam 14.00 wib, tapi sejak pagi aku lah yang menyiapkan semua kebutuhannya.  Dari tas untuk pakaian, hingga membeli makanan dan minuman.

Oya, makanan yang dibawanya cuma seplastik roti semir rasa mocca kesukaannya.  Waktu diajak belanja di minimarket dekat rumah, Naufal menolak semua pilihan snack ringan yang aku tawarkan.  Ia hanya memilih dua botor air mineral.  Alhamdulillah, Naufal memang tak begitu suka snack ringan macam keripik kentang dalam kemasan yang banyak mengandung vetsin.  Apalagi selama di pesantren nantinya, pihak sekolah sudah bertanggung jawab mengenai makan untuk berbuka dan sahur.

Nah, sejak si sulung mengikuti kegiatan pesantren di sekolah, banyak pertanyaan seputar masalah makanan.  Kebetulan, di keluargaku, hanya Milzam yang bersekolah di SMP IT dan mengikuti kegiatan pesantren lebih dari sehari.  Kalau sekolah negeri kan cuma ada pesantren sehari atau bukber di sekolah.

"Bayar berapa nih?" tanya tetangga saat dulu menyaksikan kami sekeluarga yang heboh menyiapkan bekal untuk Milzam.
Aku hanya tersenyum sambil menggeleng.
"Nggak bayar?  Masa sih?!" nada tak percaya mewarnai suara si tetangga.
"Emang gak bayar kok.  Meski sekolah swasta, tapi anakku tak pernah ditarik iuran ini itu untuk setiap kegiatannya,"
"Trus...makan untuk buka dan sahur, gimana tuh?"
"Kan ada orang tua murid, tetangga sekitar sekolah atau orang-orang yang suka berbagi, siap menyediakan makanan.  Nggak sampai kekurangan, malah kadang seringnya sih ada sisa beberapa box.  Jadi, anak-anak yang masih ingin nambah makan usai shalat tarawih, tinggal ambil aja,"

Si tetangga manggut-manggut.  Ya, sekolah ini tak perlu berpusing ria mengenai makanan untuk peserta pesantren ramadhan.  Setiap tahun, banyak orang tua murid yang ingin berperan serta mengirim jatah makanan. 

Dulu pun Milzam pernah makan sampai dua kali.  Pertama pas berbuka, dan makan malam yang kedua usai shalat tarawih.  Itu pun karena gurunya yang menawarkan saat melihat banyak makanan masih utuh dalam box-box yang udah tersedia.  Dari pada mubazir kan lebih baik makan lagi, begitu kata Milzam.

Nah, aku pun wanti-wanti pada adiknya, agar jangan malu nambah makan kalau perutnya masih lapar.  Yah, selama di rumah, Naufal berbuka puasa nggak cuma sekali makan besar.  Bisa lho ampe 3 kali makan.  Minimal sih 2 kali.  Nggak heran, selama puasa ramadhan, Naufal tak pernah terlihat kurus. Makan saat berbuka sangat lahap, begitu pun pas sahur.  Nggak ada malas-malasan kalo soal makan.  Hehe, untuk ukuran usianya, Naufal tergolong anak bertubuh bongsor.  Usianya 12 pada tahun ini, dengan tinggi badan 164 cm dan berat 56 kg.  Si kakak aja kalah kalau gede-gedean badan.  Dengan tinggi 170, bobot tubuhnya cuma 48 kg.  Hahaha...kurus banget kan? 

Cerita seputar pesantren ramadhan si bungsu berlanjut ke episode berikutnya, karena hari ini mau antar makanan kesana.  Hayuk siapa mau ikuuut :)
Reading Time:

Minggu, 05 Agustus 2012

CERITA ANAK SMA 'jilid II'
Agustus 05, 20120 Comments
Sekolah Umum ataukah Kejuruan?  Cetusan yang terlontar dari putra sulungku delapan tahun yang lalu masih terngiang di telingaku.  Saat itu, usianya masih 9 tahun.  Masih berujud anak ingusan yang menurutku, tentu jarang berpikir jauh ke depan.  Umumnya, anak usia 9 tahun, akan bercerita tentang game-game seru di komputer, atau bermain dengan teman sebayanya.  

Putra sulungku mungkin seorang pemikir.  Bahkan ia sudah mempersiapkan keinginan bersekolah di SMA atau SMK ketika masih anak-anak.

"Aku pengen sekolah di STM, boleh kan?" saat itu SMK masih bernama STM.
Aku tertegun.  Saat itu Milzam sedang bermain dengan adiknya, Naufal yang berusia 4 tahun.  Dan, aku mengawasi nyambi baca majalah.
"STM, kenapa mas?"aku selalu memanggil sapaan 'mas' pada si sulung, tentu saja untuk membiasakan sang adik.
"Suka aja,"jawab si sulung asal.

Terus terang aku tak menanggapi serius celetukannya kala itu.  Hingga beberapa bulan kemudian, ia ungkapkan kembali keinginannya itu.

"Kamu kan masih kelas 4.  Bisa saja keinginan sekolah di kejuruan akan berubah kelak,"
Milzam hanya tertawa mendengar jawabanku.

Beberapa tahun kemudian.  Milzam yang naik ke kelas VIII di SMP IT PAPB dengan nilai cukup memuaskan.  Aku penasaran dengan cita-cita saat usianya masih 9 tahun, dan mempertanyakannya kembali.
"Sudah tahu, ntar kalo lulus mau sekolah di mana?"
Si sulung terdiam.  Aku menanti jawabannya.  Menurutku, ia lupa dengan impiannya kala itu.  Tapi jawaban yang terlontar dari mulutnya, membuatku tertegun.
"PAsti ibu kira aku lupa kan dengan niatku ketika masih SD? Tentu saja aku akan sekolah di kejuruan,"

Aku menimbang dan berpikir.  Banyak yang menjadi pertimbanganku.  Pikiran resah berkumpul di otakku.  Sebagai seorang ibu, seperti kebanyakan ibu-ibu lain, aku memiliki tingkat kecemasan yang tinggi bila mendengar cerita tentang sekolah kejuruan, terutama STM.  Sekolah yang sangat terkenal suka tawuran.  Entah apa sebenarnya pemicu tawuran itu, yang jelas, aku sangat tidak setuju bila putraku memilih sekolah ini sebagai pendidikan di jenjang berikutnya usai lulus SMP.

KOMPROMI  Yang Memuaskan

Aku bersama suami cukup seru berdiskusi tentang sekolah kejuruan.  Kami, sama-sama bersekolah di SMA, meski beda sekolah.  Dan, kami tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang sekolah ini.  Dari diskusi ini, aku coba bertanya pada sepupu yang bersekolah di kejuruan.
"Yah...memang sih, STM identik dengan tawuran.  Tapi, kan tidak semua muridnya suka tawuran..."
Waaah...sebuah jawaban yang tidak memuaskanku.

Rupanya suami pun juga mencari informasi pada beberapa teman serta tetangga.  Mereka kebanyakan menyayangkan bila putra kami memilih sekolah ini.
"Lho, emang begitu lulus, si anak mau disuruh kerja ya?"
atau, "Milzam kan nilainya bagus, napa nggak sekolah di SMA  favorit aja?"

Tapi, ada tetangga yang menjadi guru di sebuah SMK negeri di kota kami, mampu memberikan pencerahan.  Beliau memberikan sisi positif dan negatif sekolah di SMK.

Akhirnya sebagai jalan terakhir, memang harus kami bertiga yang memutuskan, sekolah di manakah si sulung kelak.  Aku dan suami tak pernah otoriter bila menyangkut pilihan sekolah putra kami.  Apalagi sekolah setingkat lanjutan atas, harus dipilih atas dasar kebutuhan dan kemampuan serta minat seorang anak.  Mengingat keinginan kuat putra kami sejak kecil, kami memutuskan untuk mengikuti niat Milzam.  Tentu saja ada persyaratan khusus yang kami pinta.

"Ok... ibu dan bapak setuju dengan pilihan sekolah di STM.  Tapi, kami ingin, kamu harus memilih sekolah dan jurusan yang benar-benar kamu suka.  Jadi, tak ada alasan pindah jurusan apalagi pindah sekolah,"
Milzam tertawa mendengar keputusan kami.  Entah, apakah kelak akan berubah lagi keinginannya.  Tapi, malam itu matanya berbinar.

"Eiiits...jangan senang dulu, mas.... Mulai sekarang, belajar yang lebih tekun.  Kalau ingin sekolah di kejuruan, pilih sekolah yang paling favorit di kota Semarang," tegurku.
"Di mana?"
"Tentu saja di STM Pembangunan.  Sekolah ini tak pernah ikut tawuran, karena kalo ada muridnya yang terlibat tawuran, pasti langsung dikeluarkan dari sekolah.  Tapi masuk sekolah ini juga sulit.  Saringannya ketat dan hanya anak pintar, disiplin serta berkemauan keras yang bisa lolos dan lulus bersekolah di sana,"

Milzam manggut-manggut.  Si adik tertawa mendengar penjelasan kami.  Kami memang tak main-main saat memilih sekolah.  Terbukti, niat awal menyekolahkan putra kami di SMP islam terpadu adalah, agar putra kami memiliki pengetahuan agama islam yang memadai.  Karena kesibukan kami, tentu saja sekolah yang dimulai pembelajarannya dari jam 6.45 hingga 15.30 adalah pilihan yang tepat.

Dan, niat baik terbukti menuai kebaikan pula.  Si sulung yang tak pernah masuk rangking 10 besar di SD, begitu menempuh pendidikan di SMP ini, mengalami kemajuan.  Nilainya meroket sejak dari semester awal.  Hingga, puncaknya adalah menjadi lulusan dengan NEM tertinggi di sekolah dan nomor dua se kecamatan.  Tentu ini buah dari ketekunan, ibadah shalat sunnah dan puasa sunnah yang dijalaninya.  Kami, kedua orang tuanya, hanya mendorong dengan kalimat baik, doa dan perhatian yang konsisten.

Cita-citanya ketika masih kanak-kanak telah didengar oleh Allah Swt.  Saat ini pada tahun ketiga di SMK 7 Semarang, atau lebih dikenal dengan nama STEMBA, STM Pembangunan, ia begitu larut dengan setiap kegiatan di sekolah.  Tidak cuma aktif belajar di kelas jurusan TKJ.  Seperti ibunya, ia pun aktif di PMR.  Pernah menjadi moderator lomba debat berbahasa inggris tingkat SMA & SMK Jawa Tengah di sekolahnya.  Mewakili sekolah dalam lomba membuat Web Design.  Bersama teman-temannya, mewakili sekolah dalam berbagai lomba PMR.



Masih setahun lagi pembelajaran di sekolah ini.  Kemudian dilanjutkan dengan tahun keempat magang di sebuah perusahaan.  Kalaupun niat yang terpatri di benaknya, langsung bekerja, kami pun hanya mampu mengiyakannya.  Meski bertolak belakang dengan keinginan kami, orang tuanya yang mengharapkan dirinya melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.  Apapun, kami berharap waktu bisa merubah niat yang begitu kokoh ada di hatinya.

SMA atau SMK, semua tergantung dengan pilihan seseorang.  Yang penting, apapun pilihanmu, bertanggung jawablah dengan setiap langkah yang kau jalani.


Reading Time: